Berliana Panjaitan bekerja sepanjang waktu, tetapi hasilnya tidak pernah kelihatan. Hal ini karena suaminya, Mangara senang berjudi dan menumpuk hutang pada rentenir. Bahkan kedua anaknya, Dapot dan Lasmawati hampir saja menjadi budak, kalau Berliana tidak bisa melunasi hutang. Ditengah-tengah ujian di hidupnya, semua diserahkannya kembali kepada Tuhan dengan berdoa dan berusaha. Mujizat terjadi atas keluarganya dan anaknya bebas dari perbudakan.
Sebelumnya, Mangara membujuk Berliana untuk meminjamkan uang kepada temannya untuk pengobatan orang tua dan berjanji akan dikembalikan dalam sebulan. Prihatin, ia pun memberikannya. Sebulan hingga empat bulan sudah berlalu, Berliana memberanikan diri untuk menagih ke suaminya dan yang didapat adalah kemarahan dan pukulan.
Pada awalnya Berliana menyesali keputusannya untuk menikah dengan pilihan orangtua tanpa mengenal lebih dalam lagi. Berliana mengatakan, “Aduh Tuhan berarti kawin sama setan aku, kecewa sekali aku, kecewa”. Mangara ternyata juga orang yang ringan tangan. Berliana dan anak-anak seringkali menjadi sasaran kemarahan. Apa saja yang dilakukan selalu salah dimata suaminya. Dirinya merasa hidup seperti di neraka dengan perlakuan suaminya.
Anak kedua, Lasmawati merasa bahwa tidak ada sedikitpun hal yang baik yang dilakukan bapaknya. Tetapi Berliana tetap bertahan hingga memiliki enam orang anak. Melihat keadaan Berliana yang sengsara, orangtuanya menyarankan untuk meninggalkan anak-anak bersama suaminya dan memulai hidup baru. Rasa sayang yang besar kepada anak-anak, membuatnya bertahan, selain itu Tuhan yang menguatkannya. Ujian ini dianggapnya karena Tuhan ingin ia lebih dekat padaNya.
Kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rumah dilupakan dan uang hasil bengkel selalu habis untuk berjudi. Semua ini membuat Berliana mengambil keputusan untuk mencari tambahan dengan berjualan sayur. Sampai suatu waktu, Mangara memilih untuk ke Pekanbaru dengan alasan membuka usaha, dengan berat hati Berliana mengijinkannya. Selanjutnya ia hidup dengan iman dalam menghidupi kebutuhan anak-anaknya. Hingga empat tahun tidak ada kabar, akhirnya Mangatas pulang dan memohon untuk diterima kembali.
Mengingat kembali kesusahannya dulu, Berliana menolak untuk mengampuni. Usaha kedua Mangara dilakukan dengan perantara Pendeta, tetapi tetap saja Berliana tidak mau menerima. Bahkan anak-anaknya mengalami kepahitan hingga mau membunuh Mangara bapaknya. Akhirnya Tuhan kembali mengingatkan Berliana lewat pesan Pendeta, “kalau Mak Dapot tidak mau mengampuni, Tuhan juga tidak akan mengampuni Mak Dapot.”
Akhirnya, Berliana mau mengampuni dan menerima kembali suaminya. Mangara pun mulai diubahkan, pertobatannya terlihat dengan dia bersaksi di gereja dan meminta maaf kepada Berliana dan anak-anaknya. Sifat ringan tangan digantikan dengan kasih sayang kepada keluarga. Kebahagiaan ini tidak lama, sebab Mangara mengalami sakit keras dan dipanggil Tuhan. Tetapi Berliana tetap bersyukur atas mukzizat Tuhan yang terjadi dalam keluarganya. Anaknya juga bahagia dengan pertobatan bapaknya menurut Lasmawati, “ 90 persen kejahatan tertutupi dengan 10 persen kebaikan”.
Ujian dalam hidup akan terus berlangsung, Tuhan menyiapkan kita untuk dapat lulus dan naik ke tingkat selanjutnya. Kita dapat belajar dari Tuhan yang sanggup mengampuni setiap dosa manusia, bagaimana dengan manusia sendiri? Yesus adalah penolongyang memampukan dan menguatkan dalam setiap ujian kehidupan.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more